RUMIT

       Begitulah rasa yang sekarang aku sedang alami, mencintai tapi tidak dicintai, sekarang hanya tinggal kata-kata yang begitu rumit untuk menjelaskan rasa ini, kau adalah bayangan yang setiap langkanya selalu ada aku, yang menjadi sinarmu, kala kau rehab sejenak aku yang akan singgah di sana, di kala kau jenuh aku yang akan menamanimu, tapi sekarang semenjak kau kenal dunia luar, kau berlahan

        meluapakan aku, bahkan di saat kau terjatuh aku yang selalu didepanmu membantumu berdiri, duniamu sekarang sudah berubah, kau yang kukenal sebagai manusia yang begitu indah berlahan memudar parasmu lah yang membuatnya memudar, kau memang cantik, kau pintar berdandan, kau pintar dalam segala hal, namun kau lupa untuk ku yang selalu berjuang menambakanmu, ku disini

        mati-matian untuk mewarani hidupmu dengan segala macam warna yang kadang warna itu akan menjadi racun untuk ku, tapi aku tetap tidak perduli yang jelas aku akan selalu membuatmu semakin berwarna dan menjadikan mu sinar dikala dunia redup, walaupun suatu saat aku mati dengan segala macam hal gila yang membuatmu tersenyum, setidaknya aku perna punya cerita yang kelak akan

        kuceritakan kepada malaikat, tentang rasa yang berjuang dihausnya kegagalan, aku ngga akan perna malu karena perjuangan ku mendapatkan mu sia-sia yang jelas cinta ku lebih besar darinya, harusnya yang kau pilih aku bukan dia, aku tak bahagia melihatmu bahagia dengannya, harusnya aku yang kamu cintai bukan dia, aku selalu ada saat di mana kau membutuhkan, aku selalu ada disaat kau

         bersedih, kenepa kau yang mimilih dia yang baru kau kenal, apa mukin karena ia lebih dari ku ?, atau aku yang membosankan yaa ? atau apa ? tolong di jawab ? aku kesal, aku benci, aku marah dengan semarah-marahnya, kau bukan lagi yang ku dambakan, kau bukan lagi kisah indah yang kuceritakan, kau bukan lagi bayangaan sinar ku yang terang itu, kau bukan lagi. Bukan lagi…lagi, kau hancurkan

         aku secara sadis, kau permainkan ku dengan yang indah namun mematikan, menusukku dengan dalam sedalam-dalamnya, aku memang bodo masih memanbahkan hadirmu dikala hujan datang, masih menunggumu dikala senja yang berlahan menghilang, aku rindu kau yang dulu, aku benci kau yang sekarang, sebagai mestinya aku tidak boleh marah dan tidak boleh benci karena kita hanya sebatas teman yang diujungnya ada cinta yang bertepuk dengan sebelah tangan